Selamat berwisata sahabat...
http://creamkulit.com/
About Me
- Unknown
Categories
- adventure1331 (35)
- Aneka Tips (2)
- artikel Asuhan Keperawatan medikal bedah (1)
- artikel gawat darurat (1)
- artikel gawat darurat lagi (1)
- artikel gerontik (1)
- artikel gerontik pada lansia (1)
- artikel keperawatan anak (1)
- artikel keperawatan anak dengan demam berdarah (1)
- artikel keperawatan jiwa (2)
- artikel keperawatan jiwa umum (1)
- artikel keperawatan medikal bedah (1)
- Artikel Kesehatan (11)
- Artikel Penyakit (8)
- Artritis gout (1)
- Asam urat (1)
- Asfiksia Neonatorum (1)
- ASI (1)
- ASI Ekslusif (1)
- ASI pro tumbang (1)
- Askep Kardiovaskuler (1)
- Askep Keperawatan Kritis (1)
- Askep Medikal Bedah (3)
- Askep Sistem Perkemihan (1)
- Askep Sistem Pernafasan (1)
- Bedah jantung (1)
- Bronkhitis (1)
- Dispepsia (1)
- Emfisema (1)
- flu burung (1)
- GANGGUAN SISTEM REPRODUKSI RADANG GENETALIA (1)
- GLOMEROLONEPHRITI AKUT ( GNA ) (1)
- Halusinasi (1)
- Herbal (2)
- Hernia (1)
- HERNIA NUKLEUS PULPOSUS - HNP (1)
- Hidronefrosis (1)
- Hikmah dan Motivasi (2)
- ISPA (1)
- Kesehatan Ibu dan Anak (3)
- Keuangan Keluarga (1)
- krisis pada lansia (1)
- Parenting (3)
- PEMENUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR (1)
- stmik (1)
- teknik asertif (1)
- wisantara (1)
Selamat berwisata sahabat...
Label: Parenting
1. Controlled Ventilation
Ventilator mengontrol volume dan frekuensi pernafasan. Indikasi untuk pemakaian ventilator meliputi pasien dengan apnoe. Mode ventilator ini dapat mempertahankan ventilasi dan pemberian oksigen dalam waktu yang lama.Ventilator tipe ini meningkatkan kerja pernafasan klien.
2. Assist/Control
Ventilator jenis ini dapat mengontrol ventilasi, volume tidal dan kecepatan. Bila klien gagal untuk ventilasi, maka ventilator secara otomatis mengambil alih pernafasan klien. Ventilator ini diatur berdasarkan atas frekuensi pernafasan yang spontan dari klien, biasanya digunakan pada tahap pertama pemakaian ventilator.
3. Intermitten Mandatory Ventilation
Model ini digunakan pada pernafasan asinkron dalam penggunaan model kontrol, klien dengan hiperventilasi. Klien yang bernafas spontan dilengkapi dengan mesin dan sewaktu-waktu diambil alih oleh ventilator.
4. Synchronized Intermitten Mandatory Ventilation (SIMV)
SIMV dapat digunakan untuk ventilasi dengan tekanan udara rendah, otot tidak begitu lelah dan efek barotrauma minimal. Pemberian gas melalui nafas spontan biasanya tergantung pada aktivasi klien. Indikasi pada pernafasan spontan tapi tidal volume dan/atau frekuensi nafas kurang adekuat.
5. Positive End-Expiratory pressure
Modus yang digunakan dengan menahan tekanan akhir ekspirasi positif dengan tujuan untuk mencegah Atelektasis. Dengan terbukanya jalan nafas oleh karena tekanan yang tinggi, atelektasis akan dapat dihindari. Indikasi pada klien yang menederita ARDS dan gagal jantung kongestif yang massif dan pneumonia difus. Efek samping dapat menyebabkan venous return menurun, barotrauma dan penurunman curah jantung.
6. Continious Positive Airway Pressure. (CPAP)
Ventilator ini berkemampuan untuk meningkatakan FRC. Biasanya digunakan untuk penyapihan ventilator.
Pemberian Ventilasi Tekanan Positif memerlukan suatu alat sebagai konektor/penghubung antara pasien dengan ventilator, oleh sebab itu indikasi pemasangan ventilator biasanya diikuti oleh indikasi intubasi yakni tindakan pemasangan Endro Tracheal Tube (ETT).
- Kegagalan oksigenasi (shunt intrapulmonal, V/Q missmatch, penurunan FRC paru)
- Kegalan ventilasi (gangguan "drive" nafas, abnormalitas dinding dada, kelelahan otot-otot pernafasan)
- Fasilitas diagnostik, pembedahan dan prosedur terapeutik
- Obstruksi jalan nafas
1. Obstruksi jalan nafas
2. Hipertensi
3. Tension pneumotoraks
4. Atelektase
5. Infeksi pulmonal
6. Kelainan fungsi gastrointestinal ; dilatasi lambung, perdarahan
gastrointestinal.
7. Kelainan fungsi ginjal
8. Kelainan fungsi susunan saraf pusat
Pengkajian
Perawat mempunyai peranan penting mengkaji status pasien dan fungsi ventilator. Dalam mengkaji klien, perawat mengevaluasi hal-hal berikut :
Tanda-tanda vital
Bukti adanya hipoksia
Frekuensi dan pola pernafasan
Bunyi nafas
Status neurologis
Volume tidal, ventilasi semenit , kapasitas vital kuat
Kebutuhan pengisapan
Upaya ventilasi spontan klien
Status nutrisi
Status psikologis
Pengkajian Kardiovaskuler
Perubahan dalam curah jantung dapat terjadi sebagai akibat ventilator tekanan positif. Tekanan intratoraks positif selama inspirasi menekan jantung dan pembuluh darah besar dengan demikian mengurangi arus balik vena dan curah jantung. Tekanan positif yang berlebihan dapat menyebabkan pneumotoraks spontan akibat trauma pada alveoli. Kondisi ini dapat cepat berkembang menjadi pneumotoraks tension, yang lebih jauh lagi mengganggu arus balik vena, curah jantung dan tekanan darah. Untuk mengevaluasi fungsi jantung perawat terutama harus memperhatikan tanda dan gejala hipoksemia dan hipoksia (gelisah,gugup, kelam fakir, takikardi, takipnoe, pucat yang berkembang menjadi sianosis, berkeringat dan penurunan haluaran urin).
Pengkajian Peralatan
Ventilator juga harus dikaji untuk memastikan bahwa ventilator pengaturannya telah dibuat dengan tepat. Dalam memantau ventilator, perawat harus memperhatikan hal-hal berikut :
Jenis ventilator
Cara pengendalain (Controlled, Assist Control, dll)
Pengaturan volume tidal dan frekunsi
Pengaturan FIO2 (fraksi oksigen yang diinspirasi)
Tekanan inspirasi yang dicapai dan batasan tekanan.
Adanya air dalam selang,terlepas sambungan atau terlipatnya selang.
Humidifikasi
Alarm
PEEP
Catatan
Jika terjadi malfungsi system ventilator, dan jika masalah tidak dapat diidentifikasi dan diperbaiki dengan cepat, perawat harus siap memberikanventilasi kepada klien dengan menggunakan Bag Resuscitation Manual.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik yang perlu dilakukan pada klien dengan ventilasi mekanik yaitu :
1. Pemeriksaan fungsi paru
2. Analisa gas darah arteri
3. Kapasitas vital paru
4. Kapasitas vital kuat
5. Volume tidal
6. Inspirasi negative kuat
7. Ventilasi semenit
8. Tekanan inspirasi
9. Volume ekspirasi kuat
10. Aliran-volume
11. Sinar X dada
12. Status nutrisi / elaktrolit.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan mayor klien dapat mencakup :
Kerusakan pertukaran gas yang brhubungan dengan penyakit yang mendasari, atau penyesuaian pengaturan ventilator selama stabilisasi atau penyapihan .
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan pembentukan lendir yang berkaitan dengan ventilasi mekanik tekanan positif .
Risiko terhadap trauma dan infeksi yang berhubungan dengan intubasi endotrakea dan trakeostomi.
Kerusakan mobilitas fisik yang berhubungan dengan ketergantungan ventilator
Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan tekanan selang endotrakea dan pemasangan pada ventilator.
Koping individu tidak efektif dan ketidakberdayaan yang berhubungan dengan ketergantungan pada ventilator.
Masalah kolaboratif /Komplikasi Potensial
Melawan kerja ventilator/ fighting
Masalah-masalah ventilator peningkatan dalam tekanan jalan nafas nafas
puncak ; penurunan tekanan ; kehilangan volume
Gangguan kardiovaskuler
Barotrauma dan pneumothoraks
Infeksi paru
Perencanaan dan Implementasi
Tujuan utama bagi pasien yaitu : pertukaran gas optimal; penurunan kumulasi lendir; tidak terdapat trauma atau infeksi ; pencapaian mobilisasi yang optimal ; penyesuaian terhadap metode komunikasi non verbal ; mendapatkan tindakan koping yang berhasil ; dan tidak terjadi komplikasi.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan ventilasi mekanik membutuhkan teknik dan keterampilan interpersonal yang unik, antara lain :
1. Meningkatkan pertukaran gas
Tujuan menyeluruh ventilasi mekanik adalah untuk mengoptimalkan pertukaran gas dengan mempertahankan ventilasi alveolar dan pengiriman oksigen. Perubahan dalam pertukaran gas dapat dikarenakan penyakit yang
mendasari atau factor mekanis yang berhubungan dengan penyesuaian dari mesin dengan pasien. Tim perawatan kesehatan, termasuk perawat , dokter, dan ahli terapi pernafasan , secara kontinu mengkaji pasien terhadap pertukaran gas yang adekuat , tanda dan gejala hipoksia, dan respon terhadap tindakan .
Pertukaran gas yang tidak adekuat dapat berhubungan dengan faktor-faktor yang sangat beragam; tingkat kesadaran, atelektasis, kelebihan cairan, nyeri insisi, atau penyakit primer seperti pneumonia. Pengisapan jalan nafas bawah disertai isioterapi dada ( perkusi,fibrasi ) adalah strategi lain untuk membersihkan jalan nafas dari kelebihan sekresi karena cukup bukti tentang kerusakan intima pohon trakeobronkial. Intervensi keperawatan yang penting pada klien yang mendapat ventilasi mekanik yaitu auskultasi paru dan interpretasi gas darah arteri. Perawat sering menjadi orang pertama yang mengetahui perubahan dalam temuan pengkajian fisik atau kecenderungan signifikan dalam gas darah yang menandakan terjadinya masalah ( pneumotoraks, perubahan letak selang, emboli pulmonal ).
2. Penatalaksanaan jalan nafas
Ventilasi tekanan positif kontinu meningkatkan pembentukan sekresi apapun kondisi pasien yang mendasari. Perawat harus mengidentifikasi adanya sekresi dengan auskultasi paru sedikitnya 2-4 jam. Tindakan untuk membersihakn jalan nafas termasuk pengisapan, fisioterapi dada, perubahan posisi yang sering, dan peningkatan mobilitas secepat mungkin. Humidifikasi dengan cara ventilator dipertahankan untuk membantu pengenceran sekresi sehingga sekresi lebih mudah dikeluarkan. Bronkodilator baik intravena maupun inhalasi, diberikan sesuai dengan resep untuk mendilatasi bronkiolus.
3. Mencegah trauma dan infeksi
Penatalaksanaan jalan nafas harus mencakup pemeliharaan selang endotrakea atau trakeostomi. Selang ventilator diposisikan sedemikian rupa sehingga hanya sedikit kemungkinan tertarik atau penyimpangan selang dalam trakea. Perawatan trakeostomi dilakukan sedikitnya setiap 8 jam jika diindikasikan karena peningkatan resiko infeksi. Higiene oral sering dilakukan karena rongga oral merupakan sumber utama kontaminasi paru-paru pada pasien yang diintubasi pada pasien lemah. Adanya selang nasogastrik dan penggunaan antasida pada pasien dengan ventilasi mekanik juga telah mempredisposisikan pasien pada pneumonia nosokomial akibat aspirasi. Pasien juga diposisikan dengan kepala dinaikkan lebih tinggi dari perut sedapat mungkin untuk
mengurangi potensial aspirasi isi lambung.
4. Peningkatan tingkat mobilitas optimal
Mobilitas pasien terbatas karena dihubungkan dengan ventilator. Mobilitas dan aktivitas otot sangat bermanfaat karena menstimuli pernafasan dan memperbaiki mental. Latihan rentang gerak pasif/aktif dilakukan tiap 8 jam untuk mencegah atrofi otot, kontraktur dan statis vena.
5. Meningkatkan komunikasi optimal
Metode komunikasi alternatif harus dikembangkan untuk pasien dengan ventilasi mekanik. Bila keterbatasan pasien diketahui, perawat menggunakan pendekatan komunikasi; membaca gerak bibir, menggunakan kertas dan pensil, bahasa gerak tubuh, papan komunikasi, papan pengumuman. Ahli terapi bahasa dapat membantu dalam menentuka metode yang paling sesuai untuk pasien.
6. Meningkatkan kemampuan koping.
Dengan memberikan dorongan pada klien untuk mengungkapkan perasaan mengenai ventilator, kondisi pasien dan lingkungan secara umum sangat bermanfaat. Memberikan penjelasan prosedur setiap kali dilakukan untuk mengurangi ansietas dan membiasakan klien dengan rutinitas rumah sakit. Klien mungkin menjadi menarik diri atau depresi selama ventilasi mekanik terutama jika berkepanjangan akibatnya perawat harus menginformasikan tentang kemajuannya pada klien, bila memungkinkan pengalihan perhatian seperti menonton TV, mendengarkan musik atau berjalan-jalan jika sesuai dan memungkinkan dilakukan. Teknik penurunan stress (pijatan punggung, tindakan relaksasi)membantu melepaskan ketegangan dan memampukan klien untuk menghadapiansietas dan ketakutan akan kondisi dan ketergantungan pada ventilator.
Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain :
1. Menunjukkan pertukaran gas, kadar gas darah arteri, tekanan arteri pulmonal dan tanda-tanda vital yang adekuat.
2. Menunjukkan ventilasi yang adekuat dengan akumulasi lendir yang minimal.
3. Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh dan jumlah sel darah putih.
4. Dapat aktif dalam keterbatasan kemampuan.
5. Berkomunikasi secara efektif melalui pesan tertulis, gerak tubuh atau alat komunikasi lainnya.
6. Dapat mengatasi masalah secara efektif.
Penyapihan dari ventilasi mekanik
Kriteria dari penyapihan ventilasi mekanik :
1. Tes penyapihan
Kapasitas vital 10-15 cc / kg
Volume tidal 4-5 cc / kg
Ventilasi menit 6-10 l
Frekuensi permenit < 20 permenit
2. Pengaturan ventilator
FiO2 < 50%
Tekanan ekspirasi akhir positif (PEEP) : 0
3. Gas darah arteri
PaCO2 normal
PaO2 60-70 mmHg
PH normal dengan semua keseimbangan elektrolit diperbaiki
4. Selang Endotrakeal
Posisi diatas karina pada foto Rontgen
5. Nutrisi
Kalori perhari 2000-2500 kal (sesuai kebutuhan)
Waktu : 1 jam sebelum makan
6. Jalan nafas
Sekresi : antibiotik bila terjadi perubahan warna, penghisapan (suctioning)
Bronkospasme : kontrol dengan Beta Adrenergik, Tiofilin atau Steroid
Posisi : duduk, semi fowler
7. Obat-obatan
Agen sedative : dihentikan lebih dari 24 jam
Agen paralise : dihentikan lebih dari 24 jam
8. Emosi
Persiapan psikologis terhadap penyapihan
9. Fisik
Stabil, istirahat terpenuhi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges ME, Moorhouse MF, and Geissler AC. (1999). Nursing care plans.
Guidelines for planning and documenting patient care. (3rd ed).
Philadelphia: F.A Davis Company.
Hudak CM. (1997). Critical Care Nursing: A Holistic Approach. Philadelphia:
Lippincott.
LeMone P and Burke KM. (1996). Medical-surgical nursing : critical thinking in
client care. Canada: Cummings Publishing Company Inc.
Nasution AH. (2002). Intubasi, Extubasi dan Mekanik ventilasi.Makalah pada
Workshop Asuhan Keparawatan Kritis; Asean Conference on Medical
Sciences. Medan, 20-21 Agustus 2002.
Nettina SM. (1996). The Lippincott manual of nursing practice. (6th ed).
Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Smeltzer SC, Bare BG. (1996). Brunner & Suddarts textbook of medical-surgical
nursing. (8th ed). Philadelphia: Lippincott-Raven Publishers.
Rab T. (1998). Agenda Gawat Darurat. (ed 1). Bandung: Penerbit Alumni.
Wirjoatmodjo K. (2000). Anestesiologi dan Reanimasi: Modul dasar untuk
Pendidikan S1 Kedokteran. Jakarta: DIKTI.
Sahabat semua, ini merupakan postingan pertama di blog "notesvaganza" mencoba untuk mengingatkan kepada diri sendiri yang lebih sering terlena akan waktu. Mudah-mudahan bisa menjadi cambuk bagi kita agar tidak menyia-nyiakan anugerah waktu yang telah diberikan oleh Allah Swt, semoga berkenan.
Setiap manusia di dunia ini, klo dihitung-hitung masing-masing waktu kita sama. 60 detik dalam 1 menit, 60 menit dalam 1 jam dan 24 jam dalam 1 hari. 7 hari dalam sepekan dan seterusnya.
- Orang yang beriman
- Orang yang beramal shaleh
- Orang yang menasehati dalam kebenaran
- Orang yang menasehati dalam kesabaran
Label: Hikmah dan Motivasi
Berikut ini adalah diagnosa keperaweatan post of fraktur
Menurut Doengoes. E. Marilynn (2000: 764) secara teoritis pada penderita post of fraktur diagnosa yang muncul adalah:
a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, dan cedera pada jaringan lunak, alat retraksi/imobilisasi, stres, ansietas ditandai dengan klien menyatakan nyeri, wajah meringis, merintih, prilaku berhati-hati.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler; nyeri/ketidaknyamanan; terapi retriktif (Imobilisasi tungkai) ditandai dengan klien tidak mampu untuk bergerak, menolak untuk bergerak; keterbatasan rentang gerak.
c. Resiko tinggi terhadap trauma berhubungan dengan kehilangan integritas tulang (fraktur).
d. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit/jaringan berhubungan dengan cidera tusuk; fraktur terbuka; bedah perbaikan; pemasangan traksi pen, kawat, sekrup, perubahan sensasi, sirkulasi; akumulasi ekskresi/sekret, imobilisasi fisik.
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif, traksi tulang.
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurang terpajan/mengingat, tidak mengenal sumber informasi.
g. Resiko tinggi disfungsi neovaskuler berhubungan dengan penurunan/intruksi aliran darah; cidera vaskuler langsung, edema berlebihan, pembentukan thrombus, hipovolemia.
h. Resiko tinggi terhadap pertukaran gas berhubungan dengan perubahan aliran darah; emboli lemak, perubahan membrane alveolar/kapiler; intestisial, edema paru, kongesti.
Label: adventure1331, stmik, wisantara
Data penderita kista ovarium dengan abortusKista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium. Kanker ovarium merupakan penyebab kematian dari semua kanker ginekologi. Di Amerika Serikat pada tahun 2001 diperkirakan jumlah penderita kanker ovarium sebanyak
23 .400 dengan angka kematian sebesar 13.900 orang.
Tingginya angka kematian karena penyakit ini sering tanpa gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga tidak diketahui dimana sekitar 60% - 70% penderita datang pada stadium lanjut. Maka penyakit ini disebut juga silent killer
Angka kejadian kanker ovariumdi Indonesia belum diketahui secara pasti karena pencatatan dan pelaporan di negeri kita kurang baik. sebagai gambaran di RSU, kanker dharmais ditemukan penderita kanker ovarium sebanyak 30 kasus setiap tahun. Study epidemologie menyatakan beberapa faktor resiko nullipata, melahirkan pertama kali pada usia di atas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun. Penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak
3060%.(Dharmais,2007)
Walaupun penanganan dan pengobatan kanker ovarium telah dilakukan dengan prosedur yang benar namun hasil pengobatannya sampai saat ini belum menggembirakan termasuk pengobatan dan pengobatan yang dilakukan di pusat kanker terkemuka di dunia sekalipun. Angka kelangsungan hidup 5 tahun penderita kanker ovarium pada stadium lanjut berkisar 20 30 %.
Di RSU Raden Mattaher Jambi terdapat jumlah seluruh penderita kista ovarium tahun 2009 2010 sebanyak 47 orang.
Dari sekian banyak jenis penyakit kista, kista coklat (endometriosis) begitu menarik perhatian untuk diteliti dan di informasikan kepada masyarakat, terutama untuk wanita di Indonesia yang setiap tahunnya bertambah banyak penderitanya. Menurut data hasil penelitian di Rumah Sakit Umum Cipto Mangunkusumo terdata pada tahun 2008 terdapat 428 kasus penderita kista endometriosis, 20% diantaranya meninggal dunia dan 65% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga, sedangkan pada tahun 2009 terdata 768 kasus penderita kista endometriosis, dan 25% diantaranya meninggal dunia, dan 70% diantaranya adalah wanita karir yang telah berumah tangga (Nasdaldy, 2009).
Tahun Jumlah Kasus Meningal Dunia Golongan Pekerjaan
Wanita Karir Yg Telah Berumah Tangga Ibu Rumah Tangga Wanita Yg Belum Berumah Tangga
2009 428 85 (20%) 273 (65%) 107 (25%) 42 (10%)
2010 768 192 (25%) 537 (70%) 153 (20%) 76 (10%)
Sumber : RSUD Raden Mattaher, 2010
Label: adventure1331